Jalanan lengang tapi penuh dengan batu dan sampah. Gerbang kampus rusak, ada bangkai motor terbakar di jalanan. Pagi yang mencekam pada bulan Mei 1998. Republik digenangi hujan. Basah oleh air mata dan darah.
Saat itu dimana-mana ada polisi, ada sepatu, tameng, batu, bom asap berterbangan di atas kepala. Mahasiswa demo di jalan. Bentrok antara aparat dan mahasiswa pun tak bisa ditahan lagi. Hingga saat ini pun korban nyawa tidak bisa dipastikan ada berapa.
Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan dan Hendriawan. Mereka adalah pembuat sejarah Peristiwa Trisakti yang begitu mengindonesia. Mereka tewas karena tertembak peluru aparat di dalam kampus Trisakti. Siapa yang lupa kejadian ini, apalagi kamu seorang atau mantan mahasiswa yang membaca tulisan ini.
Mei 1998 kita diadu domba dengan masalah rasis. Begitu banyak warga keturunan cina yang menjadi korban penculikan, pembunuhan, penjarahan dan pemerkosaan. Bisa membayangkan perempuan diperkosa berkali-kali sampai kehilangan nyawanya? Ketika bhineka tunggal ika berada pada titik terendah dalam sejarah nusa. Keturunan cina dibantai dimana-mana. Jadi tidak perlu heran peristiwa tersebut memberi dampak yang mendalam bagi warga etnis Tiong Hoa
Bahkan saat kerisuhan terjadi ada yang ikut masuk ke dalam gedung DPR, sampai di WC terdapat begitu banyak kondom bekas pakai. Mei 1998 harga kondom tak lebih mahal dari nyawa manusia. Dan nyawa manusia juga tidak lebih mahal dari nasi kucing. Berapa banyak yang harus mereka keluarkan untuk menggaji preman bayaran untuk mejalankan kerusuhan tersebut.
Harapan yang coba di bangun pada Mei 1998 dinista dan dihancurkan! Memecah Indonesia, membumihanguskan Timor – Leste setahun kemudian. Mei 1998 adalah jalan pintas menuju Indonesia keraguan. Setelah lepas dari kediktatoran yang biadap.
Jangan pernah percaya negara. Ada sebuah konspirasi besar dibalik semua peristiwa. tak kasat mata. Oya, mahasiswa yang meninggal rata-rata tidak ikut berdemo, mereka hanya berada di waktu dan tempat yang salah. Awas Intel, Awas Polisi, Awas Tentara, Awas Negara. Kenali musuhmu!
ReplyDelete1-6 oktober aku tunggu kontribusimu ya dalam seminar "Melawan Lupa"
ReplyDelete