Wednesday, February 15, 2012

Diusir Satpam

Aku penah bilang sama seorang teman, bagiku menulis itu sebuah terapi. Apa saja, entah tulisan tentang patah hati, naksir senior kampus yang ngga kesampean, dingin sama orang yang bilang sayang, kadang juga kertasku kusiksa dengan puisi-puisi rindu yang mendebu. Kali ini, aku mau bercerita tentang satpam yang mengusirku di toko buku.

Kan aku didrop temenku di Gramedia Pandanaran. Temanku itu mau ke rumah sakit Telogorejo. Dia ada urusan. Seperti biasa, aku tak pernah canggung sendiri di suatu tempat, apalagi bisa dibilang aku sedang di tempat biasa aku menginvestasi isi kepala. Aku ambil satu buku bacaan, kemudian kubaca. Ngga perlu basa-basi, aku segera menempelkan pantatku pada lantai. Kujepit poniku agar tak mengganggu pandanganku. Duduk dan melahap bacaan hampir setengah dari buku itu.

Tiba-tiba.........

"mbak..mbak.. maaf jangan duduk di lantai. Kalau mau baca di sini berdiri saja. Kalau mau sambil duduk di rumah aja"

Senyum paling hangat ku lempar pada pria berusia sekitar 27an itu. Berseragam biru dongker. Gagah dan sok galak dengan membawa pentungan. Untung tadi lagi kalem-kalemnya jadi perempuan. Jadi omongan pedas tak keluar dari mulutku. Dan ini pertama kalinya ditegur satpam. Lumayan, sepertinya mulutnya perlu ditatar sedikit agar enak masuk kuping kanan dan kiri.

Ritual gelesotan sambil baca buku geratisan dipantau satpam dari jauh. Ngeri.. hiiiii

No comments:

Post a Comment