
Belakangan ini aku seperti pegawai yang baru saja kena PHK. Bisa tiba-tiba menangis karna hal kurang berbobot. Sering sensitif seperti perempuan datang bulan di hari pertama. Masalah sepele menjadi saja dipikir bertele-tele. kalian harus tau, hal sepele itu datang dengan rutin. Mereka seperti siang dan malam. Seolah-olah sudah terjadual dengan rapih. Kemudian aku berpikir, mungkin Tuhan tengah mengatur ulang kegiatan kebahagiaanku. Dan aku lagi-lagi harus lebih bersabar(lagi)
"Cengeng!"
"Apasih?"
"Mimpi mu ketinggian, Her! Tulisanmu membosankan tau ga sih! Terlalu menye-menye!"
"Menye gimana? Tragis gitu maksutnya?"
"Tulisan-tulisanmu kuperhatikan menderita melulu. Hidupmu kayak ngga pernah bahagia sedikitpun. Sepele! Aku juga bisa menulis seperti itu. Mendramatisir keadaan lalu mempost tulisanku."
"Iya? Aku pengen tau tulisan menarikmu."
"Aku bikin teh anget dulu"
"Iya, teh hangat memang segelas kesenangan. Ada baiknya kamu buat dua gelas. Kita reguk bersama"
"Hahaha...!! Apa kesenangan yang kamu reguk? Kamu selalu bilang begitu. Tapi apa? Hasil orgasmemu cerita yang ngga masuk akal kan? Mana letak bahagia yang telah habis kamu minum itu?"
"Sebentar, aku mau menyalakan lagu yang membuatku menunduk ke sepatu dan bisa menerangkan dimana letak kebahagiaanku"
"Bahkan lagu yang kau putar selalu berhasil menyeret ke lembah yang paling kelam sekalipun. Bahagia dimana sih? Sakit kamu!"
"Bentar. Brengsek!"
"Yaelah, Her. Kok jadi nyolot sih. Ini kan cuma diskusi biasa. Malah ngatain aku brengsek."
"Dari awal kamu nyolot, nyudutin aku terus. Sadar ngga?"
"Itu kan cuma ekspresi. Teriak biasa. Ngga nyolotin kamu. Sadar ngga sih daritadi kamu ngga bisa diajak diskusi? lonca kesana kemari. Dari tulisan, lari ke teh hangat. Dari teh hangat lari ke lagu yang kamu putar."
"Aaaaaaaaaah. Brengsek!"
"Aku mau berdiskusi tentang tulisanmu. Cerita kamu. Debat awal kita. Cerita kamu selalu kesepian. Yang selalu takut dengan kamu yang terlalu mandiri. Yang kamu sekarang sedang diperbaiki. Kamu yang apatis. Makanya aku bilang ngga masuk akal! Kalau memang mau bercerita tentang diri sendiri ngapain boong? Nulis fiksi pake kebenaran. Dan kamu mau sampai kapan memilih untuk ketagihan luka agar terus bisa menulis? Tolol!"
Aku lesu. Dan memperhatikan obrolan itu dengan senyum sembari mengabaikan teh hangatku yang mulai mendingin. Dan laguku terus mengalun. Dan aku sedang duduk di depan cermin lemariku.
Lipstik Lipsing - If Only We Could Choose Our Own Happiness
No comments:
Post a Comment