Friday, February 17, 2012

Kacamata




Yang aku tau aku butuh alat bantu berupa kacamata minus untuk membantu penglihatanku. Sejak lulus SMA mulai bersahabat dengan kacamata. Tanpa alat bantu tersebut duniaku blur. Jarak pandangku hanya beberapa meter saja. Dan aku makin tak peduli dengan kesehatan mata. Aku cuma paham, kacamata sudah cukup membantu untuk memperjelas segalanya.

Awal memakai kacamata ibu dan bapak selalu mengkhawatirkan kesehatan mataku. Membaca sambil tidur, terlalu lama di depan monitor, mainan ponsel sampai merasa bosan. Aku dipantau. Dan itu menyebalkan. Hampir setiap pagi ada jus wortel yang dikombinasi dengan sedikit tomat tanpa gula yang harus kuminum. Aku suka sayur, tapi entah kenapa aku ngga begitu suka dengan rasa wortel yang di jus. Getir. Kubiarkan. Dan ibu mulai kesal dengan tak ada lagi jus wortel di pagiku.

Belakangan ini, aku mulai berpikiran untuk menanggalkan kacamata. Kemarin saat berpergian aku sengaja ngga pakai kacamata. mata dengan kantung mata yang berkantung-kantung ini kubiarkan telanjang. Dan aku suka berjalan dengan pandanganku yang kabur. Aku tau bagaimana kenikmatan melihat segala sesuatu di sekitarku buram. Orang-orang, jalan, tulisan-tulisan, semuanya.

Dengan pandangan seperti ini aku tak perlu tau kejelasan wajah-wajah fake disekitarku. Aku tak perlu tau ada yang sedang memandangku sebelah mata. Aku tak perlu minder jika bertemu banyak orang. Ya, karna aku tak bisa melihat jelas wajah-wajah sinis mereka.
Dengan penglihatanku yang buram tanpa kacamata ini, aku tak perlu kesusahan mencari wajah-wajah rupawan untuk menebar pesona. Tidak perlu merasa rugi karna aku tak bisa cuci mata dengan laki-laki manapun.

Jadi, dengan penglihatanku yang cacat ini, aku bisa terus setia denganmu kan, lelakiku?

No comments:

Post a Comment