
sama seperti yang pernah kubilang "hidup itu simpel. Takut kehilangan itu ribet. Dan tidak mengusahakan apa-apa itu tolol"
Aku tau, aku tak mau terlihat lemah di depan Tuhan. Bahkan untuk menangisi drama kehidupanku sendiri pun aku malu jika Ia melihatku. Tapi, lagi-lagi berpikir bahwa Tuhan terlalu baik untuk berpikir se-negatif pikiranku.
ya, aku tau kita semua boleh menangis dan meratapi diri sendiri. Tapi ya jangan terlalu lama. Jangan sampai Tuhan bosen dengan kita.
seorang teman pernah bilang gini "dek, kamu tu sedih, seneng, bahagia atau lagi punya masalah ngga pernah kelihatan. Ekspresimu datar."
Emang iya ya? Aku sendiri ngga pernah tau bagaimana mengekspresikan sesuatu. Banyak yang bilang aku galau akut, kebanyakan orang bilang gitu gara-gara tulisanku. Sampai-sampai diberi saran untuk membukukan tulisan-tulisan galau itu. Tapi, kalau ketemu ternyata biasa aja, ngga se-galau tulisannya. Ya, aku tau sih tiap orang punya subjektivitas masing-masing, yang jelas dengan adanya subjektivitas tersebut membuat suatu objek terlihat lebih warna-warni.
Ada yang bilang juga aku terlalu apatis dengan sekitar. Padahal aku suka mengingat sesuatu yang kebanyakan tak diingat orang lain. Sekecil apapun itu. Aku sih cuma beranggapan bahwa yang bilang gitu orang lupa bahwa mataku adalah pengibadah yang baik di setiap hidup orang lain yang maha luas. Karna yang aku tau, aku mampu mengenali orang lain dengan baik tentu saja dengan caraku sendiri, meski aku tak penah dikenal sekalipun.
Malam ini, aku rindu aku yang produktiv dalam menulis, walaupun kebanyak tentang hidup yang selalu ku pandang sinis. Iya, mungkin yang dinamakan pendewasaan itu seperti ini. Aku yang terlalu mengkawatirkan diriku sendiri aja sih, yang takut tak bisa merelakan yang seharusnya direlakan. Toh, serumit apapun itu, aku akan baik-baik saja pada akhirnya.
Ah, sadar kan sekarang kalau aku sering membatasi diri dan selalu sengaja membuat hal itu ribet.
No comments:
Post a Comment