Tuesday, July 31, 2012

Kelak

Kelak, kecupan-kecupan virtual itu akan menjadi kegiatan rutin tiap kita berpapasan ditiap ruang rumah kita.

Kelak, ucapan selamat pagi akan berubah menjadi kecupan terhangat ketika matahari menyelinap melalui gorden kamar kita.

Kelak, makan malam romantis akan menjadi hasil beberapa jam kerepotan kita mencoba memasak berdua.

Kelak, panggilan sayang akan berubah menjadi "Papa-Mama" untuk melatih buah hati kita menyapa kita.

Kelak, pertengkaran-pertengkaran kecil akan didamaikan oleh tangisan buah hati yang ketakutan karna nada tinggi kita.

Kelak, akan ada kecupan di tanganmu tiap kau akan meninggalkan dan pulang.

Kelak, akan ada larangan memakan makanan berkolesterol tinggi. Bukan karna berat badan, melainkan demi kesehatan.

Kelak, rambutku mulai rontok, bukan karna sisirmu yang terlalu keras, tapi akarnya yang rapuh dimakan usia.

Nanti, di rumah minimalis bertaman, sore, kita menikmati teh di sebuah teras. Bercerita kepada anak cucu kita dengan bangganya tentang perjuangan membentuk aku dan kamu menjadi kita, tentang sebuah pelukan, tentang sebuah kesabaran, tentang sebuah ketekunan, tentang sebuah pertengkaran, tentang sebuah cinta hingga akhirnya melahirkan mereka.

Kelak...

Tetaplah di sini, mewujudkan aku dan kamu...suatu hari nanti. Kita.


Thankyou, For Loving Us

Friday, July 27, 2012

I Know, I am A Good Daughter


"Kebebasan itu nyata, selama pulang ke rumah sebelum jam 10 malam"

hmmmm.. bingung mau memulai darimana. Semakin besar semakin susah mendapat ijin keluar rumah. Aku heran, yang terbaik yang diinginkan dari orangtua untuk anaknya itu yang bagaimana. Aku semakin heran lagi, berani speak up tentang apa yang sedang dirasakan perasaan belum tentu membuat lega, yang ada malah semakin memperkeruh suasana. Bahagia untuk mereka? yakin juga bahagia untuk anak-anaknya? Lucu. Ini adalah drama komedi yang paling lucu, dan lebih lucu lagi aku harus memerankan peranku selucu mungkin. Ya mbok belajar dari pengalaman, paksaan terhadap anak laki-laki mu sendiri membuat anaknya pergi dari rumah, ini masih mau diulangi lagi ke anak perempuanmu?

Tanpa diberitau, tanpa disuruh ini itu aku juga tau batasan yang baik dan yang buruk itu yang seperti apa. Apa masih kurang jelas kalau anak perempuanmu ini termasuk dalam kubu anak baik-baik. Ya, kalaupun nakal masih nakal tahap remaja. Aku juga tau orangtua mau yang terbaik untuk anaknya. Gausah orangtuanya deh, anaknya juga pasti pengennya yang terbaik untuk dirinya sendiri. Satu yang harus diketahui, tuntutanmu belum tentu bisa membuatku bahagia. Dan, Pak. Aku mesti usaha bagaimana lagi agar bisa mendapat kepercayaan? Masalah hati juga mau ikut campur? Maaf, aku bisa mencari kebahagiaanku sendiri tanpa harus dicampurtangani olehmu, oleh siapapun itu.

Pak, aku sudah besar. Cukup beri aku kepercayaan. Semua pasti akan baik-baik saja.

Aku sayang kalian, Bapak dan Ibu.

Thursday, July 26, 2012

Twenty Six

i love you
and you love me
we're gonna make a big family





Memasang headset ke telinga, lalu playlist menuju ke Landon Pigg - Falling in Love At A Coffee Shop. Warung kopi. Ya, aku mengenalmu di sana. Perkenalan basa-basimu yang sama sekali tak menarik perhatianku, terlihat basi. Caramu yang unik semakin menarik perhatianku. Aku memberikan nomor ponsel dengan mudahnya. Kita, ngobrol lebih jauh lewat media.

Sekarang lebih dari sebuah perkenalan, kita lanjut ke suatu hubungan. Yang kata orang kebanyakan namanya sih pacaran.

Hari yang melelahkan, kamu datang membawa sebuah kue dengan lilin menyala angka 26. Tepat sebulan ya kita pacaran. Ngga kerasa, perasaan baru kemarin aku pesan segelas coklat panas di coffee shop tempatmu bekerja.

Duduk bersebelahan, di tanganmu ada kue dengan lilin angka 26 menyala terang.

"ayo, make a wish dulu buat kita" katamu. Kamu tau itu kata ter-romantis yang pernah ku dengar. Dan lebih romantis dari sekedar i love you. Sesederhana itu aku menyerahkan hatiku padamu.

Entah apa yang aku dan kamu sebutkan saat mata kita sama-sama terpejam erat lalu terbuka dan meniup lilin itu secara bersamaan. yang aku tau, pada doa kita tak beda. Aku dan kamu meminta kita yang sama di depan Tuhan.

Sayang, terimakasih banyak. Aku lupa aku pernah trauma sebelumnya.

26 pertama untuk kita. Semoga bertemu 26 yang lain di bulan berikutnya.

love you, Haikal.

Wednesday, July 25, 2012

Tuhan itu Adil, Kalian saja yang Merasa Kurang


Sabtu, 21 Juli 2012 kemarin untuk pertama kalinya aku mengunjungi panti asuhan. Awalnya kupikir temanku mengajak ke panti asuhan biasa. Sesampainya di sana ternyata itu adalah panti asuhan untuk saudara-saudara kita yang luar biasa.

Gadis bertubuh gempal ini namanya Galuh. Aku lupa tidak menanyakan berapa usia nya, yang kuingat dia sekarang sedang dalam masa puber. Ya kalian bisa mengira-ngira sendiri usianya sekitaran berapa. Galuh ini anak yang mungkin bisa dibilang lebih beruntung daripada teman-temannya. Satu-satunya anak yang bisa kuajak komunikasi hanya dia. Anak nya ceria, murah senyum apalagi kalau bertemu kamera.

Ada lagi anak perempuan yang bernama Temu, berusia 13 tahun. Dia diambil dari jalanan. Rambutnya dipotong cepak. kupikir dia laki-laki ternyata dia memiliki dada yang menggembung dan ya, dia perempuan. Kata ibu pengelola panti asuhan tersebut, Temu ini masih memiliki sifat yang liar, atau mungkin halusnya masih menginginkan kebebasan yang berlebih. Dia hanya bisa tertawa dan selalu minta difoto kalo ada kamera.

Aku menjadi sangat beruntung terlahir dalam keadaan normal. Aku yakin, mereka juga merasa beruntung terlahir dalam keadaan seperti itu. Tak perlu merasakan sakit hati, iri dengki, benci dan sakitnya ditinggal pergi. Adil bukan? Iya! Raga yang sempurna belum tentu tak cacat jiwa. Dan terlahir dalam keadaan cacat mental belum tentu tak bahagia. Kalian, bagian mana di dunia ini yang kurang adil? Pola pikir.

Lembayung Bali


Masih tentang Bali, jangan pernah bosan ya. Sebelumnya terimakasih untuk Mbak Saras Dewi buat lagu Lembayung Bali yang belakangan ini menjadi jawara di playlist ku, yang membuat seminggu ini malamku begitu melankolis, yang membuatku begitu menggebu untuk segera menulis. Lagu yang sangat romantis.

Foto ini diambil melalui digital kamera oleh salah satu teman. Kami bertiga nampak bahagia bukan melompati ombak Pantai Kuta. Senja dan melompat kesana kemari. Seperti tak punya beban yang cukup berarti. Bebas lepas. Semua yang mengikat isi kepala kendor dengan sendirinya.

10 hari di Pulau Dewata. Membuatku tak kuasa menjelaskan bahagiaku melalui kata. Terimakasih sahabat, aku percaya kita akan berlibur ke tempat ini lagi. Mungkin, melalui acara yang bernama reuni.

Tuesday, July 24, 2012

Jatuh Cinta Di Ubud


Bulan July ini Tuhan menerbangkanku sampai Ubud. yang kata orang di sini lah letak surga di Bali. Tuhan memang sedang berbaik hati. Sekian lama mengejar masa depan dan ditambah urusan yang terus berdatangan, akhirnya impian ke tempat ini direalisasikan juga. Walau sebenarnya tak ada yang aku cari di tempat ini. Aku hanya mengikuti kemana angin mengarah.

Setelah lepas dari rombongan. Akhirnya teman dari Semarang datang menjemput ke tempat dimana aku dan teman-teman tinggal. Dibawanya kami ke Ubud. Dan aku masih belum ada rencana akan kemana, mau mengunjungi apa, mau makan apa dan mau ngapain aja. Aku memang kurang mempersiapkan traveling kemarin. Lalu, aku diingatkan oleh novel yang difilm kan "Eat, Pray, Love" karya Elizabeth Gilbret.

Udara yang segar. Sayang sekali saat itu turun hujan. Tapi, tak mengurungkan niat kami untuk menjelajahi Ubud. Aku berjalan. Hingga masuk ke sebuah toko yang sangat menenangkan. Bau aroma terapi. Alunan musik yang...ah luar biasa tenang setelah mendengarnya. Ternyata benar, ini toko khusus yang menjual segala pernak-pernik Yoga.

Napak tilas berlanjut ke Monkey Forest (Wana Wanara). Monyet-monyet berkeliaran dengan bebasnya. Aku tak masuk ke dalamnya. Hanya memandang dari pagar luar saja. Berlanjut menyusuri sawah-sawah menghijau. Aku merasakan ketenangan dan sebenarnya ingin berlama-lama, tapi waktu tak memungkinkan. Sebelum pulang, aku mampir ke tempat seni. Ya, ubud masih begitu kental dengan kesenian khas Bali. Hingga bertemu Pak Made, pemahat kayu yang saat itu sedang mengajari wisatawan asing untuk memahat. Kali itu sedang membuat topeng. Pak Made bercerita banyak tentang seni memahat. Katanya, jarang wisatawan lokal yang mau belajar memahat. Aku, kalau lama di Ubud, pasti tertarik untuk belajar seni nya. Tuhan belum mengijinkanku untuk itu.

Selamat tinggal Ubud
Tunggu lagi kedatanganku
Dan kukembali akan cium keningmu...

Bali, Nikmat Mana yang Kau Dustakan?

Sebotol bintang dan satu botol minum besar (sirup atau entah apa namanya, yang jelas manis dan tak beralkohol) bounty ini menjadi saksi bisu kami. Ya, kami, aku dan teman-temanku.

"kebebasan itu nyata. asal pulang rumah sebelum jam 10 malam" ah quote basi ini hanya kutemui di Semarang. Aku mana bisa mendustai nikmat yang diberikan Tuhan melalui perantara tempat ini? Yang kebanyakan orang bilang sih, Surga dunia. Kata seorang teman, kalau party, predikat anak baik-baiknya tidak akan luntur kok. Jadi, kata "mumpung' di sini menjadi senjataku kalau-kalau ada yang tanya seperti wartawan haus berita.

aku tidak sampai tinggi kok. Hanya ada beberapa adegan yang aku lakukan dibawah alam sadarku.

Pantas saja, Legian menjadi salah satu tempat yang diincar para teroris (yang mengatasnamakan agama garis keras) untuk dihancurkan. Memang disini lah banyak dijual tiket menuju neraka. Eh, tapi gapapa kok asal kita bisa mengatur neraca kehidupan secara seimbang semua tak akan menjadi masalah yang berarti.

Bali, tunggu aku di tempat yang sama lagi. Dengan siapa dan entah kapan nanti.

Sunset in July

Aku yang begitu jatuh cinta dengan warna orange, disuguhi santapan mahal yang tak mungkin tak kuhabisan saat itu juga. Sepotong senja dari pulau dewata, potongan nikmat yang mengenyangkan mata.

Aku duduk “menyendiri”. Memandang sekilas: anak-anak bermain bola, membuat rumah-rumahan pasir, wisatawan asing berjemur, orang-orang berenang memanjakan diri atau bagi yang punya nyali, berselancar mengikuti arah angin laut. Hanya sebentar saja. Lalu mata saya terpikat pada senja di laut lepas. Sebuah kenikmatan dan hiburan hati tersendiri. Oh indahnya Tuhan Yesus.

Senja yang cantik, walau hanya beberapa menit. Tapi tak mengapa.

Sebenarnya momen seperti ini aku hanya ingin jujur pada diri sendiri. Tapi, kacau. Aku tak cukup nyali untuk berkata-kata. Bagaimana lagi, namanya saja urusan perasaan. Payah memang.

Senja di Pantai Kuta, biarkan tulisan ini jadi potongan pada (calon) novel ku nanti.