
Bulan July ini Tuhan menerbangkanku sampai Ubud. yang kata orang di sini lah letak surga di Bali. Tuhan memang sedang berbaik hati. Sekian lama mengejar masa depan dan ditambah urusan yang terus berdatangan, akhirnya impian ke tempat ini direalisasikan juga. Walau sebenarnya tak ada yang aku cari di tempat ini. Aku hanya mengikuti kemana angin mengarah.
Setelah lepas dari rombongan. Akhirnya teman dari Semarang datang menjemput ke tempat dimana aku dan teman-teman tinggal. Dibawanya kami ke Ubud. Dan aku masih belum ada rencana akan kemana, mau mengunjungi apa, mau makan apa dan mau ngapain aja. Aku memang kurang mempersiapkan traveling kemarin. Lalu, aku diingatkan oleh novel yang difilm kan "Eat, Pray, Love" karya Elizabeth Gilbret.
Udara yang segar. Sayang sekali saat itu turun hujan. Tapi, tak mengurungkan niat kami untuk menjelajahi Ubud. Aku berjalan. Hingga masuk ke sebuah toko yang sangat menenangkan. Bau aroma terapi. Alunan musik yang...ah luar biasa tenang setelah mendengarnya. Ternyata benar, ini toko khusus yang menjual segala pernak-pernik Yoga.
Napak tilas berlanjut ke Monkey Forest (Wana Wanara). Monyet-monyet berkeliaran dengan bebasnya. Aku tak masuk ke dalamnya. Hanya memandang dari pagar luar saja. Berlanjut menyusuri sawah-sawah menghijau. Aku merasakan ketenangan dan sebenarnya ingin berlama-lama, tapi waktu tak memungkinkan. Sebelum pulang, aku mampir ke tempat seni. Ya, ubud masih begitu kental dengan kesenian khas Bali. Hingga bertemu Pak Made, pemahat kayu yang saat itu sedang mengajari wisatawan asing untuk memahat. Kali itu sedang membuat topeng. Pak Made bercerita banyak tentang seni memahat. Katanya, jarang wisatawan lokal yang mau belajar memahat. Aku, kalau lama di Ubud, pasti tertarik untuk belajar seni nya. Tuhan belum mengijinkanku untuk itu.
Selamat tinggal Ubud
Tunggu lagi kedatanganku
Dan kukembali akan cium keningmu...
No comments:
Post a Comment