
Aku duduk “menyendiri”. Memandang sekilas: anak-anak bermain bola, membuat rumah-rumahan pasir, wisatawan asing berjemur, orang-orang berenang memanjakan diri atau bagi yang punya nyali, berselancar mengikuti arah angin laut. Hanya sebentar saja. Lalu mata saya terpikat pada senja di laut lepas. Sebuah kenikmatan dan hiburan hati tersendiri. Oh indahnya Tuhan Yesus.
Senja yang cantik, walau hanya beberapa menit. Tapi tak mengapa.
Sebenarnya momen seperti ini aku hanya ingin jujur pada diri sendiri. Tapi, kacau. Aku tak cukup nyali untuk berkata-kata. Bagaimana lagi, namanya saja urusan perasaan. Payah memang.
Senja di Pantai Kuta, biarkan tulisan ini jadi potongan pada (calon) novel ku nanti.
No comments:
Post a Comment